Tentara ISIS |
Ada sebuah pernyataan menarik yang dilontarkan Menteri Polhukam, Tedjo Edhy Purdijatno. "Ada tawaran dan iming-iming hidup sejahtera yang diberikan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) kepada mereka yang bersedia bergabung. Menurut Tedjo, intelijen sudah mencium gelagat semakin banyaknya warga negara Indonesia yang berangkat ke Suriah dan bergabung dalam kelompok ISIS.
"Mereka mencari kehidupan yang lebih baik menurut syariah Islam, bisa materi," ujar Tedjo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (12/3/2015).
Tedjo menyebutkan, mereka yang berangkat ke Suriah bahkan rela menjual semua harta kekayaannya untuk berangkat dan bergabung dengan ISIS. Menurut Tedjo, mereka tidak akan pernah mau kembali lagi ke Indonesia karena gaji yang ditawarkan ISIS cukup besar.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman yang membenarkan ada iming-iming kepada Warga Negara Indonesia (WNI) untuk gabung ke kelompok ISIS. Iming-iming itu dari mengganti biaya perjalanan sampai diberikan pekerjaan dan digaji.
"Biaya perjalanan mereka diganti terus mereka juga diberikan biaya hidup awal, setelah itu ya mereka menyatu dengan lingkungan jadi hanya biaya perjalanan dan kehidupan di waktu-waktu awal," ujar Marciano di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (11/3).
Marciano mengatakan ISIS selain menawarkan berperang atas nama jihad juga pekerjaan yang lebih baik. ISIS tak segan-segan menggaji tinggi mereka.
Ngomong-ngomong, berapa sih tawaran gaji yang ditawarkan ISIS itu? Sekedar gambaran, wartawan yang bekerja di sana digaji sekitar Rp 18 juta per bulan. "Mereka menawarkan saya gaji US$ 1500 (setara Rp 18 juta) atau lima kali gaji rata-rata warga Suriah, ditambah mobil, rumah, dan semua kamera saya butuhkan," kata pria menolak disebutkan identitasnya itu. "Saya ingat saat berkeliling ke kantor redaksi ISIS, peralatan mereka miliki mengagumkan," ujar seorang pria yang bekerja sebagai wartawan ISIS asal Kota Raqqa, Suriah. Ia menceritakannya kepada Daily Mail, Senin (22/9/2014).
Itu baru gaji wartawan sebagai pemburu berita yang menyuarakan perjuangan ISIS ke seluruh dunia. Belum lagi profesi lain yang juga dibayar mahal. Bisa jadi, indikasi bergabungnya rakyat Indonesia ke ISIS juga didasari motivasi ini, selain motivasi ideologi tentunya.
ISIS dikenal sebagai milisi yang punya banyak aset. Menurut laporan BBC pada Juli lalu, setelah merebut Kota Mosul, kekayaan ISIS mencapai US$ 2 miliar. Sebelumnya, ISIS hanya memiliki aset US$ 900 juta.
Kekayaan ISIS yang tak sedikit ini diduga diperoleh dari sejumlah sumbangan orang-orang kaya di negara Teluk Arab, terutama Kuwait dan Arab Saudi. Kedua negara ini memang mendukung perang melawan Presiden Bashar al-Assad.
Tak hanya mengandalkan sumbangan, ISIS juga memperoleh pendapatan dari ladang minyak yang dikendalikan di timur Suriah dan utara Irak. Belum lagi kekayaan dari penjualan barang antik yang dijarah dari situs sejarah.